Aku, Kau & KUA (2014) adalah sebuah film drama komedi romantis yang mengeksplorasi tema pernikahan, cinta, dan komitmen dari sudut pandang beberapa pasangan muda di Jakarta. Diadaptasi dari buku berjudul sama karya @TweetNikah, film ini menyajikan berbagai cerita yang saling terkait tentang persiapan menuju pernikahan, keraguan pra-nikah, serta dinamika hubungan yang kompleks. Pusat cerita berputar di sekitar sekelompok sahabat yang masing-masing menghadapi dilema percintaan dan keputusan besar terkait Kantor Urusan Agama (KUA), simbol institusi pernikahan di Indonesia. Karakter-karakter utama termasuk Rico (Adipati Dolken), Deon (Deva Mahenra), Pepi (Babe Cabita), Susan (Karina Salim), Mona (Nina Zatulini), dan Fira (Eriska Rein).
Film Aku, Kau & KUA (2014) tidak hanya fokus pada satu pasangan, melainkan menampilkan beragam skenario hubungan. Rico, seorang fotografer, tiba-tiba harus menghadapi kenyataan bahwa Lira (Bianca Liza), perempuan yang baru dikenalnya, hamil dan mereka harus segera menikah. Deon dan Susan, pasangan mapan yang telah lama berpacaran, justru menghadapi keraguan besar menjelang pernikahan mereka. Pepi, dengan gaya komedinya, berjuang mencari jodoh dengan cara-cara unik. Sementara itu, Mona dan Jerry (Rendy Kjaernett) menghadapi tantangan perbedaan keyakinan, dan Fira bergulat dengan masa lalunya saat calon suaminya muncul kembali. Cerita-cerita ini dijalin bersama, seringkali bersinggungan di kafe tempat mereka biasa berkumpul atau melalui interaksi antar sahabat.
Melalui berbagai kisah ini, Aku, Kau & KUA (2014) mencoba mengupas makna sebenarnya di balik keputusan menikah. Film ini mempertanyakan apakah pernikahan hanya sekadar status, solusi atas masalah (seperti kehamilan tak terencana), atau sebuah komitmen suci yang membutuhkan kesiapan mental dan spiritual. Dengan sentuhan komedi yang cukup kental, terutama melalui karakter Pepi dan dialog-dialog ringan antar sahabat, film ini berhasil menyeimbangkan antara humor dan refleksi tentang cinta dan pernikahan di era modern. Isu-isu seperti tekanan sosial untuk menikah, keraguan memilih pasangan hidup, perbedaan prinsip, dan pentingnya komunikasi dalam hubungan menjadi tema sentral yang dibahas. Aku, Kau & KUA (2014) menawarkan pandangan yang relatable bagi banyak anak muda yang berada di persimpangan jalan menuju KUA.
