Jenderal Soedirman (2015) adalah sebuah film biografi epik yang mengisahkan perjuangan heroik Panglima Besar Jenderal Soedirman dalam memimpin perang gerilya melawan agresi militer Belanda II pada tahun 1948-1949. Cerita dimulai ketika Belanda melancarkan serangan mendadak ke Yogyakarta, ibu kota Republik Indonesia saat itu, dan berhasil menangkap Presiden Soekarno, Wakil Presiden Hatta, serta beberapa pemimpin lainnya. Dalam kondisi genting tersebut, Jenderal Soedirman, meskipun sedang sakit paru-paru parah, menolak untuk menyerah.
Dengan kondisi fisik yang lemah dan harus ditandu, Jenderal Soedirman mengambil keputusan berani untuk keluar dari Yogyakarta dan memimpin perang gerilya dari hutan-hutan dan desa-desa di pedalaman Jawa. Bersama pasukan setianya, ia melakukan perjalanan panjang yang penuh penderitaan, menghindari kejaran pasukan Belanda, sambil terus mengobarkan semangat perlawanan rakyat dan menjaga eksistensi Republik Indonesia. Jenderal Soedirman (2015) menampilkan keteguhan hati, kepemimpinan, dan patriotisme luar biasa sang panglima besar di tengah keterbatasan fisik dan situasi negara yang kritis.
Film ini menggambarkan berbagai tantangan yang dihadapi Jenderal Soedirman dan pasukannya selama bergerilya: medan yang sulit, kekurangan logistik, penyakit yang semakin parah, ancaman serangan musuh, hingga perbedaan pendapat dengan pemimpin politik yang memilih jalur diplomasi. Namun, semangat juang Jenderal Soedirman tidak pernah padam. Kehadirannya di tengah-tengah pasukan dan rakyat menjadi simbol perlawanan yang tak terkalahkan. Narasi ini adalah sebuah penghormatan terhadap pengorbanan Jenderal Soedirman dan para pejuang kemerdekaan, menyoroti strategi perang gerilya yang berhasil mempertahankan kedaulatan bangsa.