Ananta (2018) mengisahkan hubungan unik dan platonis antara Tania dan Ananta. Tania adalah seorang gadis antisosial, pemberontak, dan cenderung melankolis yang lebih suka menghabiskan waktunya sendirian di kamar, melukis, dan menulis. Dunianya terasa sepi dan penuh gejolak batin. Kehidupannya mulai berubah ketika Ananta hadir. Ananta adalah sosok pemuda lugu, sederhana, pekerja keras, dan sangat perhatian yang muncul entah dari mana dan mendedikasikan dirinya untuk membantu Tania dalam segala hal. Ia menjadi asisten pribadi, teman curhat, dan pendengar setia bagi Tania, tanpa pernah meminta imbalan apa pun.
Kehadiran Ananta membawa warna baru dalam hidup Tania yang monoton. Ananta selalu ada untuk memenuhi kebutuhan Tania, mulai dari menyediakan alat lukis, makanan, hingga menjadi teman bicara di saat-saat sulit. Hubungan mereka terjalin erat, namun Tania cenderung menganggap remeh kehadiran Ananta dan tidak menyadari betapa pentingnya sosok Ananta dalam hidupnya. Ia terlalu sibuk dengan dunianya sendiri dan permasalahan remajanya. Ananta (2018) mengeksplorasi dinamika hubungan ketergantungan yang tidak disadari dan apresiasi yang seringkali datang terlambat.
Situasi mulai berubah ketika Pierre, seorang pria mapan dan dewasa yang Tania kagumi dari jauh, mulai menunjukkan perhatian padanya. Tania merasa menemukan sosok ideal yang ia dambakan, dan perlahan mulai mengabaikan Ananta. Di saat yang sama, Ananta, yang selama ini selalu ada, tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Kehilangan Ananta membuat Tania menyadari kekosongan besar dalam hidupnya dan betapa berartinya kehadiran Ananta yang tulus selama ini. Ia pun mulai mencari Ananta dan mencoba memahami perasaannya yang sesungguhnya. Film ini menyajikan cerita tentang pentingnya menghargai kehadiran seseorang sebelum terlambat dan kompleksitas perasaan yang seringkali sulit diungkapkan.