Tumbal Kanjeng Iblis menyajikan sebuah perjalanan penuh misteri dan kengerian yang dialami oleh seorang perempuan muda bernama Tia. Cerita dimulai dengan kegelisahan Tia atas hilangnya sang kakak secara misterius setelah ia memutuskan untuk melanjutkan studi di luar kota. Satu-satunya petunjuk yang Tia miliki adalah informasi bahwa kakaknya terakhir kali tinggal di sebuah rumah kos tua yang terletak di daerah terpencil. Didorong oleh rasa sayang dan kekhawatiran, Tia memberanikan diri untuk mendatangi rumah kos tersebut dengan harapan dapat menemukan jejak keberadaan kakaknya. Setibanya di sana, Tia disambut oleh pasangan suami istri pemilik kos yang tampak ramah di permukaan, namun menyimpan aura misterius. Suasana di dalam rumah kos terasa aneh dan menekan, ditambah dengan sikap beberapa penghuni lain yang tampak tertutup dan penuh ketakutan. Semakin lama Tia tinggal di sana untuk mencari informasi, semakin banyak kejanggalan yang ia temukan. Ia mulai mengalami kejadian-kejadian supranatural yang mengerikan, mendengar suara-suara aneh di malam hari, dan menyaksikan ritual-ritual ganjil yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh para penghuni dan pemilik kos. Perlahan tapi pasti, Tia mulai menguak tabir gelap yang menyelimuti rumah kos tersebut. Ia menemukan bahwa tempat itu bukanlah sekadar rumah kos biasa, melainkan pusat kegiatan sebuah aliran sesat yang memuja sosok entitas gaib kuat yang mereka sebut Kanjeng Iblis. Aliran sesat ini dipimpin oleh sosok karismatik namun kejam yang menuntut adanya pengorbanan manusia atau ‘tumbal’ secara berkala untuk mempertahankan kekuatan dan mendapatkan imbalan duniawi. Tia menyadari bahwa kakaknya kemungkinan besar telah menjadi salah satu korban, dan kini nyawanya sendiri berada dalam bahaya besar karena ia telah mengetahui rahasia kelam tersebut. Tumbal Kanjeng Iblis membangun ketegangan melalui atmosfer gotik, penemuan rahasia yang mengerikan, dan perjuangan Tia untuk bertahan hidup serta mengungkap nasib kakaknya di tengah kepungan sekte pemuja iblis yang haus darah.
