Menelusuri Bayangan Dendam dalam “The Shadow Strays” (2024)
Tahun 2024 akan diramaikan dengan kehadiran “The Shadow Strays”, sebuah karya aksi yang kental dengan nuansa kelam. Film ini memperkenalkan kita pada sosok sentral bernama 13 (diperankan oleh Aurora Ribero), seorang pembunuh bayaran muda yang baru saja bergabung dengan organisasi rahasia bernama The Shadows. Kehidupan 13 yang penuh disiplin tiba-tiba terhenti ketika misi pertamanya berakhir dengan kegagalan, berujung pada hukuman berupa masa istirahat sementara dari tugas-tugas organisasinya.
Di tengah masa jeda yang tak diinginkan ini, takdir mempertemukan 13 dengan Monji (Ali Fikry). Monji adalah seorang bocah yang hidupnya hancur setelah ibundanya menjadi korban kebrutalan sindikat kriminal. Pertemuan di antara keduanya menumbuhkan jalinan pertemanan yang tak terduga, menawarkan secercah cahaya di dunia 13 yang suram. Namun, ketenangan itu tak bertahan lama. Monji tiba-tiba menghilang, meninggalkan 13 dalam kebingungan dan kekhawatiran.
Hilangnya Monji memicu tekad dalam diri 13. Ia bertekad untuk mencari bocah itu, sebuah keputusan yang berani dan penuh risiko. Pencarian Monji berarti 13 harus melangkahkan kaki di jalan yang berbahaya, bahkan jika jalan itu membawanya berhadapan langsung dengan mentornya, Umbra (Hana Malasan), dan seluruh kekuatan The Shadows yang selama ini menaunginya.
Namun, motivasi 13 untuk menyelamatkan Monji bukan hanya didorong oleh ikatan pertemanan semata. Di balik upayanya, tersimpan alasan pribadi yang mendalam: dendam. Sindikat kriminal yang bertanggung jawab atas hilangnya Monji adalah sindikat yang sama yang telah merenggut nyamib ibunya, menciptakan luka lama yang kini kembali terbuka. Upaya penyelamatan ini berubah menjadi misi balas dendam pribadi yang melibatkan taruhan tinggi.
Disutradarai oleh Timo Tjahjanto, “The Shadow Strays” diperkirakan akan menyajikan adegan-adegan laga yang intens, brutal, dan tanpa kompromi, sesuai dengan gaya khas sang sutradara yang telah dikenal. Di luar deru aksi, film ini juga mengeksplorasi dinamika kompleks antara guru dan murid, serta hubungan tak lazim antara seorang pembunuh bayaran dengan sosok yang seharusnya menjadi “korban” dari dunia yang ia geluti. Film ini menjadi sorotan tidak hanya karena koreografi laganya yang keras, tetapi juga karena kedalaman tema mengenai sindikat kriminal dan lingkaran setan balas dendam yang sulit diputus.