Pasutri Gaje: Ketika Cicilan Rumah Bertemu Ekspektasi Keluarga. Memulai babak baru kehidupan berumah tangga seringkali datang bersama serangkaian tantangan yang unik. Bagi pasangan muda Adimas dan Adelia, tantangan itu hadir dalam wujud cicilan rumah setelah kepindahan ke hunian baru mereka. Beban finansial ini membuat Adimas mengambil keputusan pragmatis: meminta Adelia untuk menunda rencana menambah anggota keluarga demi stabilitas ekonomi di awal pernikahan.
Namun, keinginan pribadi mereka tak serta merta sejalan dengan ekspektasi lingkungan sekitar. Tekanan untuk segera memiliki momongan datang dari berbagai arah, baik dari rekan kerja di kantor Adimas dan Adelia, maupun dari keluarga besar yang penuh perhatian. Pertanyaan “kapan punya anak?” seolah menjadi irama pengiring dalam keseharian mereka, menciptakan ketegangan yang tak terucapkan.
Di tengah pusaran ekspektasi tersebut, Adelia mendapati siklus bulanannya terlambat selama dua minggu. Sebuah kondisi yang bisa jadi biasa saja, namun di mata Adimas, ini menjadi percikan harapan – atau mungkin jalan keluar dari tekanan yang kian mendesak. Tanpa berpikir panjang, Adimas secara spontan mengumumkan kabar ‘kehamilan’ Adelia kepada semua orang di sekitarnya.
Keputusan impulsif ini membawa dampak instan yang positif baginya. Adimas mendadak naik status menjadi menantu kesayangan, dibanjiri pujian dan perhatian dari keluarga. Rasa bangga dan lega sesaat menaunginya, terlepas dari kebenaran di balik pengumuman tersebut.
Namun, kelegaan Adimas berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan Adelia. Kebohongan yang terlanjur bergulir menimbulkan rasa bersalah dan beban moral yang berat di hatinya. Adelia dilanda kegelisahan dan merasa berdosa, berulang kali ia mencoba meyakinkan Adimas untuk berbicara jujur, mengungkapkan bahwa kehamilan itu belum terjadi.
Sayangnya, Adimas tak segampang itu mengiyakan permintaan Adelia. Bayangan rasa malu yang harus ia tanggung jika kebenaran terungkap, ditambah potensi ejekan dari orang-orang yang mungkin meragukan kemampuannya, serta risiko besar kehilangan status menantu kesayangan yang baru ia dapatkan, membuatnya ragu. Kebenaran terasa jauh lebih menakutkan daripada terus berada dalam kebohongan yang terlanjur nyaman.
Kisah dilema Adimas dan Adelia ini menjadi inti dari Pasutri Gaje, menggambarkan bagaimana tekanan sosial dan ketakutan akan penilaian orang lain bisa memicu pasangan muda untuk mengambil jalan pintas yang justru menciptakan masalah baru yang lebih rumit di kemudian hari.