Film Kejarlah Janji menghadirkan kisah yang berpusat pada sosok Pertiwi, seorang ibu tangguh yang berjuang menghidupi ketiga anaknya yang sudah dewasa. Lebih dari sekadar potret seorang ibu mandiri, cerita ini juga menyelami perjalanannya dalam menemukan kembali identitas diri di tengah dinamika kehidupan desa yang sarat drama.
Sebagai tulang punggung keluarga, Pertiwi mengasuh Sekar, Adam, dan Isham dengan penuh dedikasi. Ia menghadapi bayang-bayang masa lalu suaminya yang pernah kalah dalam kontestasi Pilkades. Namun, di balik ketangguhannya, Pertiwi menyimpan rahasia cinta yang misterius dan bahkan berniat untuk menikah lagi. Drama keluarga mulai memanas ketika ketiga anaknya kembali ke rumah dengan membawa masalah personal masing-masing. Isu-isu yang mereka hadapi ternyata tidak jauh dari persoalan identitas diri dan upaya ‘balas dendam’ atas kekalahan ayah mereka di masa lampau. Lucunya, di tengah kekisruhan masalah anak-anaknya, mereka justru tanpa sengaja mengungkap rencana tak terduga sang ibu.
Latar cerita ini mengambil tempat di sebuah desa yang tengah dilanda ‘demam’ Pilkades. Suasana panas pemilihan kepala desa menjadi panggung utama yang mempertemukan berbagai karakter dan intrik. Muncul sosok petahana, Janji Upaya, seorang lurah teladan yang berstatus duda. Karena status dan rekam jejaknya, sosok Janji menjadi pusat perhatian, tak hanya karena kinerjanya, tetapi juga aneka gosip, baik pribadi maupun politik, yang mengelilinginya.
Konflik politik dalam Kejarlah Janji terasa begitu relevan, terutama bagi masyarakat yang akrab dengan panasnya suhu kontestasi pra-pemilu. Persaingan memperebutkan kursi lurah pun semakin kencang dengan beragam ‘sogokan’ untuk Janji Upaya yang ingin melanjutkan periode ketiganya. Namun, tantangan tak terduga datang dari Adam, putra Pertiwi sendiri, yang turut mencalonkan diri sebagai lurah. Adam bahkan tak segan menggunakan kampanye hitam berupa gosip untuk menjatuhkan reputasi Janji di akhir masa jabatannya. Sementara itu, Isham, anak Pertiwi lainnya yang dikenal sebagai mahasiswa kritis, memilih sikap menentang dengan berencana menjadi golongan putih atau golput. Sekar, yang masih bergulat dengan ketidakpastian arah hidupnya, menemukan kembali keyakinan melalui dorongan sang ibu.
Film Kejarlah Janji berhasil merangkai kisah kompleks antara perjuangan seorang ibu, pencarian identitas diri anak-anaknya, dan intrik politik lokal yang jenaka namun sarat makna. Interaksi antarkarakter di tengah panasnya Pilkades menghadirkan potret kehidupan desa yang dinamis, di mana masalah pribadi dan urusan publik saling berkelindan dalam balutan drama dan komedi situasi yang menghibur sekaligus merenungkan.