Dilan 1983: Potret Masa Kecil di Bandung Era Perubahan
Tahun 1983. Udara Bandung masih terasa sunyi, menyimpan cerita di setiap gócôngnya. Di tengah suasana yang perlahan beradaptasi dengan dinamika zaman, Dilan kembali menginjakkan kaki di tanah kelahirannya setelah menghabiskan satu setengah tahun tinggal di Timor Timur. Kepulangannya membawa Dilan kembali ke rutinitas lamanya, termasuk bersekolah di SD tempat dulu ia menimba ilmu.
Di sanalah, Dilan kembali bertemu dengan wajah-wajah familiar teman sekelasnya. Namun, di antara mereka, ada satu sosok baru yang menarik perhatian: Mei Lien. Dia adalah seorang murid pindahan dari Semarang, seorang gadis kecil yang berbeda latar belakang, keturunan Tionghoa.
Relasi antara Dilan dan Mei Lien ini mungkin jauh dari gambaran “cinta monyet” yang biasa dialami anak-anak di usia tersebut. Di bangku sekolah dasar, perasaan rumit semacam itu mungkin belum hadir. Namun, perjumpaan sederhana dengan Mei Lien ternyata meninggalkan jejak yang cukup signifikan dalam diri Dilan. Kehadiran Mei Lien membangkitkan rasa ingin tahu Dilan terhadap hal-hal baru. Ia mulai tertarik mempelajari bahasa Mandarin dan bahkan tekun membaca buku-buku yang mengulas tentang Tiongkok, menunjukkan pengaruh tak terduga dari pertemanan polos ini.
Era tahun 1983 itu sendiri menyimpan lebih dari sekadar kisah di bangku sekolah. Masa tersebut menjadi saksi bisu berbagai peristiwa besar yang terekam dalam sejarah Indonesia. Dilan, seperti banyak warga Bandung lainnya, turut mengalami dan merasakan atmosfer yang terpengaruh oleh adanya Penembakan Misterius, letusan dahsyat Gunung Galunggung yang mengubah lanskap, hingga fenomena alam yang langka, Gerhana Matahari Total.
Pengalaman-pengalaman di tahun 1983, baik yang personal di lingkungan sekolah maupun yang berskala nasional, setidaknya bagi sebagian orang, menjadi momen untuk perenungan. Era sunyi yang diwarnai peristiwa ini mengajarkan tentang pencarian diri. Seperti kutipan hikmah yang relevan: “Inilah bumi, tempat pencarian abadi mengetahui diri sendiri, menemukan hal ajaib yang tersembunyi di dalam diri dan Tuhan di saat sunyi.” Kisah di balik Dilan 1983 tampaknya ingin menangkap esensi masa itu, di mana pengalaman masa kecil berpadu dengan latar belakang sejarah, membentuk kenangan yang berharga.
