Film semi Filipina dengan judul Init mengisahkan tentang perjalanan rumit seorang gadis muda polos yang tumbuh besar di desa terpencil. Dengan bekal keberanian dan harapan untuk masa depan yang lebih baik, dia memutuskan pindah ke gemuruh kota besar demi melanjutkan pendidikan di bangku kuliah. Penampilannya sangatlah sederhana, sikapnya pun begitu pemalu dan cenderung pendiam, khas anak desa yang belum terbiasa dengan kehidupan kota yang serba cepat dan terbuka.
Untuk menghemat biaya, dia memilih tinggal di sebuah rumah kos yang dihuni oleh beberapa mahasiswa lain dengan berbagai latar belakang. Awalnya, kehidupan di kos tampak normal saja, penuh interaksi layaknya anak kuliahan biasa, tawa canda ringan, dan drama-drama kecil sehari-hari. Para penghuni kos lainnya melihatnya tak lebih dari sekadar gadis lugu yang mungkin sedikit kikuk dan butuh bimbingan di lingkungan baru.
Namun, di balik sorot matanya yang ragu dan sikapnya yang pemalu, tersimpan sebuah rahasia yang tak disangka-sangka oleh siapa pun. Jauh di dalam diri gadis polos ini, bersembunyi ‘api’ gairah yang membara, hasrat seksual yang begitu kuat dan tak mudah dipuaskan. Dia memiliki ‘Init’ (panas/hangat/membara) yang terus bergejolak di dalam dirinya, sebuah kebutuhan primal yang kontras bIasa dengan citra luarnya.
Kontras inilah yang menjadi inti cerita judul film Init. Bagaimana seorang gadis dengan kepribadian yang tampak pemalu menyembunyikan nafsu yang tak terkendali? Apakah ‘Init’ dalam dirinya akan tetap tersembunyi, ataukah lingkungan kos yang padat penghuni justru menjadi panggung di mana gairah terlarang itu menemukan jalannya untuk meledak?