Kisah “Nightbird” bermula dari sebuah skenario yang mungkin terasa akrab: sebuah pesta. Rachel, bersama teman-teman perempuannya, larut dalam suasana malam yang penuh tawa, musik, dan sedikit keberanian yang datang bersama minuman beralkohol dan mungkin hal lainnya. Di tengah keramaian itu, mereka bertemu dengan empat pria yang tampak menarik. Percakapan mengalir, godaan dilepaskan, dan suasana pesta terasa semakin memanas. Ini adalah permulaan yang biasa, Janji akan malam yang menyenangkan.
Namun, seperti judulnya yang menyuratkan kegelapan malam, kesenangan itu tiba-tiba runtuh dengan cara yang paling mengerikan. Malam itu berbalik 180 derajat, dari euforia menjadi teror yang mencekam. Di tengah pengaruh alkohol dan obat-obatan yang memperburuk keadaan, sifat asli dan niat busuk para pria itu terungkap. Ruangan yang tadinya diisi canda tawa berubah menjadi panggung kekerasan yang brutal dan memilukan.
Dalam adegan yang sangat eksplisit dan menyakitkan, Rachel dan teman-temannya menjadi korban. Mereka dirudapaksa secara bergilir, kehormatan mereka direnggut secara paksa dalam momen yang paling rentan. Ini bukanlah keintiman yang diinginkan, melainkan paksaan brutal yang meninggalkan luka fisik dan batin yang dalam, mungkin tak akan pernah pulih sepenuhnya. Film semi filipina ini tidak menahan diri dalam menampilkan kengerian momen tersebut, menunjukkan betapa gelapnya sisi manusia bisa menjadi.
Setelah malam terkutuk itu berakhir dan para pelaku pergi meninggalkan kekacauan dan kepedihan, yang tersisa hanyalah kehancuran. Namun, dari dasar keputusasaan dan trauma yang menghancurkan itulah muncul percik api yang berbeda – api dendam. Khususnya bagi Rachel. Dia mungkin adalah korban dalam insiden mengerikan itu, namun dia menolak untuk selamanya terperangkap dalam peran tersebut.
Di tengah keheningan yang menyelimuti luka-lukanya, Rachel mengambil sebuah keputusan bulat: dia akan membalas. Tidak peduli apa pun risikonya, tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan, dia akan memastikan keempat pria yang telah menghancurkan hidupnya dan teman-temannya merasakan penderitaan yang setimpal. Sumpah itu diucapkan dalam hatinya, sebuah janji yang dingin dan mematikan. Jalan hidup Rachel berubah total. Dia yang tadinya seorang wanita biasa, kini bertransformasi menjadi ‘Nightbird’ itu sendiri – predator yang berburu dalam kegelapan.
“Nightbird” kemudian membawa penonton mengikuti perjalanan Rachel dalam melancarkan rencana pembalasan dendamnya. Ini bukan sekadar cerita balas dendam klise. Film ini mengeksplorasi bagaimana trauma mendalam bisa mengubah seseorang, mendorongnya ke batas-batas moralitas yang paling kelam. Rachel mungkin harus menggunakan berbagai cara, termasuk memanfaatkan tubuh dan daya tarik seksualnya sendiri, untuk mendekati para pelaku satu per satu dan menjalankan eksekusi balas dendamnya yang dingin dan terencana.