Mothers’ Instinct: Di kawasan pinggiran kota Amerika tahun 1960-an yang tampak tenang, hiduplah dua sahabat karib yang tak terpisahkan: Alice Bradford dan Céline Jennings. Sebagai tetangga dan ibu dengan anak-anak lelaki yang seumuran, kehidupan mereka terasa saling melengkapi. Persahabatan erat ini menjadi pusat cerita dalam film “Mothers’ Instinct”, sebuah drama psikologis yang menggali kedalaman gelap naluri keibuan ketika dihadapkan pada tragedi.
Kisah kelam ini dimulai dengan insiden mengerikan yang secara instan meruntuhkan fondasi kehidupan mereka yang idilis. Saat putra Céline, Max, sedang mencoba memasang rumah burung dari balkon, ia terjatuh. Alice, yang menyaksikan kejadian nahas itu dari kebunnya, berusaha mati-matian untuk bereaksi cepat, namun rintangan sepele seperti topi besarnya yang menghalangi jalan pintas di pagar pembatas membuatnya terlambat. Upayanya untuk memperingatkan Céline yang berada di dalam rumah pun tak cukup gesit. Max meninggal dunia, meninggalkan luka mendalam yang tak terperi bagi kedua keluarga.
Kematian Max mengubah segalanya. Céline menarik diri dalam kesedihannya, namun perlahan, ia justru semakin dekat dengan Theo, putra Alice. Kebersamaan yang tak terduga ini mulai menumbuhkan benih kecemburuan dan kecurigaan pada diri Alice. Momen kunci muncul ketika Theo bermain di balkon yang sama tempat Max terjatuh, dan Alice menemukan bahwa ia bisa melewati pagar pembatas dengan cepat kali ini demi putranya sendiri, sesuatu yang tidak bisa ia lakukan untuk Max. Hal ini membuat Alice merasa seolah Céline sedang mengujinya, membangkitkan rasa bersalah dan paranoia yang menggerogoti.
Paranoia Alice semakin memuncak setelah serangkaian kejadian mencurigakan. Kematian mendadak ibu mertua Alice setelah pesta ulang tahun Theo, yang penyelidikannya mengungkap tidak adanya jejak obat jantung di tubuhnya, membuat Alice yakin Céline melakukan sabotase. Kecurigaan ini diperkuat saat Theo dilarikan ke rumah sakit karena reaksi alergi parah setelah berada di rumah Céline, membuat Alice percaya bahwa Céline sengaja membahayakan putranya. Alice berusaha mencari bukti, bahkan sampai menyusup ke rumah Céline, namun usahanya sia-sia dan justru memperburuk ketegangan di antara mereka.
Hubungan Alice dan Céline mencapai titik didih, bahkan niat untuk pindah pun sempat dipertimbangkan. Namun, ancaman Theo yang terpukul oleh konflik kedua ibu itu untuk bunuh diri memaksakan rekonsiliasi yang rapuh dan sarat ketegangan. Kedamaian yang tercipta ternyata hanya palsu. Céline, yang diam-diam merencanakan sesuatu yang jauh lebih mengerikan, membunuh suaminya sendiri, merekayasa kematiannya agar terlihat seperti bunuh diri.
Dalam puncak ketegangan yang mencekam, Céline memanfaatkan kebaikan Alice dan Simon untuk menumpang. Saat Alice pergi ke rumah Céline untuk mengambil barang, Céline membius Simon dan Theo yang tak berdaya. Alice kembali dan harus menghadapi kebenaran yang mengerikan. Pertarungan sengit pun terjadi. Meski Alice berjuang sekuat tenaga, Céline akhirnya berhasil melumpuhkannya dan membunuh Alice serta Simon, merekayasa kematian mereka agar terlihat seperti kecelakaan kebocoran gas. Di akhir kisah yang dingin dan mengerikan ini, Céline lolos dari perbuatannya, mendapatkan apa yang paling diinginkannya: Theo, yang kini menjadi putranya. Film ini meninggalkan penonton dengan gambaran mengerikan tentang bagaimana naluri keibuan, jika terdistorsi oleh duka dan obsesi, bisa berujung pada tindakan yang paling gelap.
