Film “Maria” membawa kita ke Paris tahun 1977, tempat legenda opera Maria Callas menghabiskan hari-hari terakhirnya. Kehidupan sang diva, yang dipenuhi kejayaan dan tragedi, terungkap melalui serangkaian halusinasi yang dipicu oleh ketergantungannya pada obat tidur Mandrax. Maria hidup dalam kesendirian, ditemani oleh pelayan setianya, Ferruccio, dan pembantu rumah tangga, Bruna.
Dalam usahanya untuk kembali bernyanyi setelah bertahun-tahun vakum, Maria menerima tawaran wawancara dari sebuah kru televisi. Namun, dengan cepat menjadi jelas bahwa sutradara muda bernama “Mandrax” dan juru kameranya hanyalah ilusi yang diciptakan oleh obat-obatan yang ia konsumsi. Halusinasi inilah yang memicu serangkaian kilas balik ke masa lalunya yang penuh gejolak.
Kenangan tentang hubungannya yang penuh gairah dengan taipan Yunani Aristotle Onassis menghantui Maria. Awalnya menolak rayuannya, Maria akhirnya jatuh cinta dan meninggalkan suaminya untuk bersamanya. Namun, hubungan mereka penuh dengan tekanan publik dan akhirnya berakhir. Maria juga mengingat pertemuan rahasianya dengan Onassis di ranjang kematiannya, mengakui bahwa ia masih mencintainya.
Selain kenangan tentang Onassis, Maria juga dihantui oleh masa kecilnya yang sulit. Ia mengingat bagaimana ibunya memaksanya bernyanyi di depan perwira Italia dan Jerman selama Perang Dunia II demi uang. Pertemuan dengan kakaknya, Yakinthi, membawanya pada rekonsiliasi atas perlakuan buruk yang mereka terima dari ibu mereka.
Kondisi kesehatan Maria semakin memburuk akibat penyalahgunaan obat-obatan. Dokter Fontainebleau mengungkapkan bahwa ia mungkin tidak lagi bisa bernyanyi. Kenyataan pahit ini terungkap dalam sesi latihan terakhirnya dengan konduktor Jeffrey Tate. Suara Maria tidak lagi sama seperti dulu, dan ia dipenuhi kesedihan.
Di akhir hayatnya, Maria mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Ferruccio dan Bruna atas kesetiaan mereka. Di pagi hari yang tenang, Maria menyanyikan “Vissi d’arte” untuk terakhir kalinya dengan sepenuh hati. Suaranya yang merdu terdengar hingga ke jalanan Paris, menarik perhatian banyak orang. Onassis dan Mandrax muncul dalam halusinasinya, sebelum menghilang. Ferruccio dan Bruna menemukan Maria meninggal di apartemennya.
Film “Maria” adalah potret intim seorang wanita yang berjuang dengan cinta, kehilangan, dan penyesalan. Ia adalah pengingat bahwa bahkan mereka yang memiliki segalanya pun dapat merasa kesepian dan rentan.
Keyword Tags: