
Narcos adalah serial televisi drama kriminal Amerika yang diciptakan oleh Chris Brancato, Carlo Bernard, dan Doug Miro. Berlatar dan difilmkan di Kolombia, serial ini membawa penonton ke dalam dunia kelam perdagangan narkoba pada era 1980-an dan 1990-an. Musim pertama dan kedua dari “Narcos” berfokus pada kehidupan Pablo Escobar, seorang gembong narkoba Kolombia dan pemimpin Kartel Medellín yang menjadi miliarder melalui produksi dan distribusi kokain. Serial ini tidak hanya menyoroti sepak terjang Escobar, tetapi juga interaksinya dengan gembong narkoba lainnya, agen Drug Enforcement Administration (DEA), dan berbagai pihak oposisi yang berusaha menghentikan bisnis haramnya.
Musim ketiga melanjutkan cerita setelah jatuhnya Escobar, mengikuti DEA dalam upaya mereka untuk menumpas Kartel Cali yang terkenal kejam. Serial ini pertama kali tayang pada 28 Agustus 2015, sebagai eksklusif Netflix, dan langsung mendapatkan pujian kritis serta popularitas yang tinggi. Kesuksesan ini mengantarkan “Narcos” pada musim-musim berikutnya, hingga akhirnya berkembang menjadi waralaba dengan “Narcos: Mexico” yang mengambil latar di negara Meksiko.
Musim Pertama Narcos: Lahirnya Raja Kokain
Musim pertama “Narcos” membawa kita kembali ke akhir tahun 1970-an, saat Pablo Escobar memulai bisnis kokainnya hingga Juli 1992. Cerita disampaikan dari sudut pandang Steve Murphy, seorang agen DEA Amerika yang ditugaskan di Kolombia. Kita menyaksikan bagaimana Escobar, yang sebelumnya dikenal sebagai penyelundup barang-barang ilegal di Medellín, menemukan jalan menuju bisnis kokain. Pertemuannya dengan Mateo “Cockroach” Moreno, seorang ahli kimia asal Chili, menjadi titik balik. Moreno menawarkan ide untuk memproduksi kokain, dan Escobar melihat potensi besar dalam bisnis ini.
Mereka membangun laboratorium kokain yang lebih besar di hutan hujan dan dengan bantuan Carlos Lehder, mereka mulai mengirimkan produk mereka dalam jumlah besar ke Miami. Kokain Escobar dengan cepat mendapatkan popularitas di kalangan orang kaya dan terkenal di Amerika Serikat. Permintaan kokain yang terus meningkat mendorong Escobar untuk memperluas jaringan laboratorium dan jalur distribusinya ke Amerika Serikat.
Meningkatnya perdagangan kokain dan kekerasan terkait narkoba di Amerika Serikat memaksa pemerintah Amerika untuk mengirim satuan tugas DEA ke Kolombia. Steve Murphy dipasangkan dengan Javier Peña, seorang agen DEA lain yang lebih berpengalaman. Tugas mereka adalah bekerja sama dengan otoritas Kolombia, dipimpin oleh Kolonel Carrillo, untuk menghentikan aliran kokain ke Amerika Serikat dan menangkap Escobar. Musim pertama berakhir dengan pelarian dramatis Escobar dari penjara mewah “La Catedral”, menandai awal dari perburuan yang lebih intens di musim berikutnya.
Musim Kedua Narcos: Perburuan Escobar Semakin Memanas
Musim kedua “Narcos” melanjutkan cerita tepat setelah pelarian Escobar dari “La Catedral”. Meskipun tentara melihat Escobar dan rombongannya di luar penjara, mereka terlalu takut untuk menangkapnya. Pemerintah Amerika Serikat, melalui duta besar baru, melibatkan CIA dalam upaya penangkapan Escobar. Awalnya, Escobar masih memegang kendali dan mendapatkan loyalitas dari kartelnya. Namun, hal ini mulai berubah seiring dengan meningkatnya tekanan dari pemerintah dan sumber daya yang semakin menipis untuk bersembunyi. Escobar menggunakan berbagai cara untuk menghindari kejaran polisi, termasuk bersembunyi di bagasi taksi dan menggunakan anak-anak muda sebagai informan untuk memantau pergerakan polisi.
Escobar mencoba mempertahankan citranya sebagai “Robin Hood” dengan memberikan uang kepada masyarakat miskin, sambil tetap kejam terhadap siapa pun yang mencoba mengkhianatinya. Perang antara polisi Kolombia dan kartel Escobar semakin sengit, menyebabkan ketegangan dan kekacauan di seluruh Kolombia. Di tengah situasi ini, musuh-musuh Escobar dari Kartel Cali membentuk aliansi dengan mantan anggota kartel Escobar yang dikhianati, serta kelompok paramiliter anti-komunis yang didukung oleh CIA. Agent Peña secara diam-diam bekerja sama dengan kelompok paramiliter ini, yang menamakan diri mereka “Los Pepes”. Los Pepes melakukan serangkaian serangan brutal terhadap organisasi Escobar.
Setelah dua anggota penting kartel Escobar ditangkap dan berkhianat, Escobar semakin terdesak. Dia dan pengawalnya bersembunyi di sebuah rumah persembunyian, tempat dia merayakan ulang tahunnya yang ke-44. Ketika Escobar mencoba menghubungi keluarganya, DEA dan militer berhasil melacak lokasinya melalui triangulasi radio. Dalam baku tembak di atap rumah, Escobar tertembak dua kali. Meskipun mungkin masih bisa bertahan dari luka-lukanya, seorang polisi Kolombia bernama Trujillo mengeksekusinya, diiringi teriakan “Viva Colombia!”.
Istri Escobar, Tata, meminta bantuan Kartel Cali untuk melarikan diri dari negara tersebut. Sementara itu, Peña kembali ke Amerika Serikat, menghadapi kemungkinan hukuman disiplin atas kerjasamanya dengan Los Pepes. Namun, dia terkejut ketika justru diminta untuk memberikan informasi intelijen tentang Kartel Cali, mengisyaratkan keterlibatannya lebih lanjut dengan DEA di musim berikutnya.
Musim Ketiga Narcos: Setelah Escobar, Muncul Kartel Cali
Musim ketiga “Narcos” melanjutkan cerita setelah kematian Pablo Escobar. DEA kini mengalihkan fokus mereka untuk memerangi Kartel Cali. Dengan hilangnya Escobar, bisnis Kartel Cali justru berkembang pesat, dengan pasar baru di Amerika Serikat dan negara lain. Secara mengejutkan, Gilberto Rodríguez Orejuela, pemimpin Kartel Cali, mengumumkan rencana untuk meninggalkan bisnis kokain dalam waktu enam bulan dan beralih ke bisnis legal. Keputusan ini memicu reaksi beragam di dalam kartel. Musim ketiga ini menyoroti dinamika internal dalam Kartel Cali, strategi DEA dalam menghadapi ancaman baru, dan kompleksitas perang narkoba yang terus berevolusi.
“Narcos” berhasil menyajikan kisah nyata perang narkoba dengan gaya yang menegangkan dan realistis. Serial ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan wawasan tentang dampak buruk perdagangan narkoba dan kompleksitas perjuangan untuk memberantasnya.