Film Korea terbaru berjudul Bogotá: City of the Lost, atau dalam bahasa Korea dikenal sebagai 보고타: 마지막 기회의 땅, menawarkan sebuah drama kriminal yang intens dan menggugah. Disutradarai dan ditulis bersama oleh Kim Seong-je, film yang dibintangi oleh Song Joong-ki, Lee Hee-joon, dan Kwon Hae-hyo ini mengajak penonton untuk menyelami kerasnya kehidupan para imigran Korea di Bogota, Kolombia.
Bogota: City of the Lost bukan sekadar film kriminal biasa. Film ini berlatar belakang krisis finansial Asia tahun 1997, sebuah periode kelam yang memaksa banyak orang mencari peruntungan di negeri asing. Guk-hee, seorang pemuda berusia 19 tahun, menjadi salah satu korbannya. Bersama keluarganya, ia pindah ke Bogota dengan harapan meraih kehidupan yang lebih baik. Namun, impian indah itu dengan cepat pupus saat mereka harus berjuang untuk bertahan hidup di kota yang asing dan keras ini.
Perjalanan Guk-hee di Bogota membawanya ke dunia bawah tanah yang berbahaya. Ia mulai bekerja untuk Sersan Park, sosok berpengaruh di Asosiasi Pedagang Korea. Ketekunan dan kecerdikan Guk-hee menarik perhatian Park, yang kemudian memberinya tugas penting: terlibat dalam operasi penyelundupan pakaian. Ini menjadi ujian pertama bagi Guk-hee, sebuah gerbang menuju dunia kriminalitas yang lebih dalam.
Dalam sebuah insiden menegangkan dengan petugas bea cukai Kolombia, Guk-hee mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi barang selundupan milik Sersan Park. Tindakannya ini tidak hanya membuat Park terkesan, tetapi juga Soo-yeong, seorang broker bea cukai yang cerdik. Soo-yeong melihat potensi besar dalam diri Guk-hee dan menawarinya sebuah proposal berbahaya yang bisa mengubah hidupnya.
Dari sinilah, ambisi Guk-hee mulai membara. Ia menyadari bahwa pilihan yang diambilnya dapat mengubah lanskap komunitas Korea di Bogota. Keinginan untuk meraih kesuksesan yang lebih besar pun tumbuh, menyeretnya semakin dalam ke pusaran intrik, kekerasan, dan pilihan sulit. Bogotá: City of the Lost menjanjikan sebuah kisah yang kelam dan menegangkan tentang perjuangan, ambisi, dan pengorbanan di tengah kerasnya kota Bogota.