Film berjudul “Sugar Baby” menawarkan premis yang langsung menarik perhatian: seorang sugar baby yang ambisius tergiur dengan tawaran menggiurkan untuk tinggal bersama sugar daddy nya selama seminggu dengan bayaran 30.000 dolar AS. Kedengarannya seperti kesempatan emas, bukan? Namun, seperti yang sering terjadi dalam dunia yang penuh intrik dan rahasia, semuanya tampak terlalu indah untuk menjadi kenyataan.
Kisah ini berpusat pada Leah, seorang wanita muda yang digambarkan sebagai enterprising, yang dalam konteks ini bisa diartikan sebagai gigih dan pandai mencari peluang. Ia melihat tawaran dari sugar daddy ini sebagai jalan pintas untuk mencapai kehidupan yang lebih baik atau mungkin sekadar mengatasi kesulitan finansial yang sedang dihadapinya. Ketertarikan utama film ini terletak pada bagaimana hubungan yang awalnya tampak transaksional dan menguntungkan ini berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih gelap dan menegangkan.
Ketika Leah memasuki rumah mewah sang sugar daddy untuk masa tinggal seminggunya, ia mulai merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Suasana rumah yang awalnya tampak mewah dan nyaman perlahan-lahan merayap menjadi mencekam. Rasa curiga dan ketidaknyamanan Leah semakin meningkat seiring berjalannya waktu, di mana ia mulai menyadari bahwa rumah tersebut menyimpan rahasia-rahasia kelam.