Film “Disfluency” (2024) mengisahkan tentang Jane, seorang mahasiswi yang mengalami kegagalan di tahun terakhirnya. Kegagalan ini memaksanya untuk kembali ke rumah orang tuanya, sebuah rumah di tepi danau yang menyimpan kenangan masa kecilnya. Namun, kepulangan Jane bukanlah sekadar liburan biasa. Ia harus menghadapi trauma tersembunyi yang menghantuinya dan menjadi penyebab kegagalan akademiknya.
Film ini secara perlahan membuka tabir masa lalu Jane, mengungkap kejadian-kejadian traumatis yang selama ini ia pendam. Kita akan diajak menyelami pergulatan batin Jane saat ia berusaha memahami dan menerima kenyataan pahit yang telah mengubah hidupnya. Rumah di tepi danau yang seharusnya menjadi tempat yang nyaman justru menjadi saksi bisu trauma yang dialaminya.
“Disfluency” bukan hanya tentang kegagalan, tetapi juga tentang proses penyembuhan. Jane harus belajar untuk berdamai dengan masa lalunya agar dapat melangkah maju dan membangun kembali masa depannya. Film ini mengeksplorasi tema-tema penting seperti trauma, keluarga, penerimaan diri, dan kekuatan untuk bangkit dari keterpurukan.
Dengan alur cerita yang kuat dan penampilan akting yang memukau, “Disfluency” menawarkan pengalaman menonton yang emosional dan menggugah pikiran. Film ini mengajak penonton untuk merenungkan tentang pentingnya kesehatan mental dan keberanian untuk menghadapi masa lalu.
